Bisakah Kita Bertindak Adil pada Kekuatan ?

Posted by Unknown Minggu, 29 Maret 2015 2 komentar

Dua ekor singa bertikai hebat. Masing-masing mengaku kuat. Dan, perkelahian
pun berlangsung hebat. Pohon-pohon tumbang terkena amuknya. Hewan-hewan
kecil lintang pukang menyelamatkan nyawanya. Hanya singa kuat lain yang bisa
melerai pertarungan itu. Rimba lebih membutuhkan kedamaian, ketimbang
perkelahian. Namun, dapatkah singa ketiga ini bertindak bijak dan adil?
Dapatkah ia berpihak pada kepentingan seisi rimba? Sedangkan ia dihadapkan
pada kekuasaan yang luar biasa besar. Takkah ia melibatkan diri dalam
perebutan itu secara diam-diam. Karena, dalam rimba hanya boleh ada satu
raja.

Dapatkah kita benar-benar bertindak bijak dan adil pada sebuah kekuasaan?
Takkah kita tergiur untuk memihak pada kekuasaan itu sendiri? Bila
perrebutan kekuasaan tak berujung, dan semua kekuatan dikerahkan demi gelar
sang raja rimba, maka mungkin hanya ada satu hukum yang dipakai - hukum
rimba. Dan itu berarti, bersiap-siaplah wahai pelanduk untuk mati sia-sia.
(Editor)

****************************************************************************
Book Pointer: Articulate Executive #5/6
EAR - PENDEKATAN KONVERSASIONAL
Granville N. Toogood

Ini dari point ini adalah anda harus bersikap konversasional terhadap
pendengar anda. Maksudnya, anda harus menggunakan kalimat dan
istilah-istilah yang mudah dipahami oleh audiens anda. Tak sedikit orang
tergoda untuk mengatakan sesuatu yang rumit dan njelimet saat berpidato,
padahal sebenarnya berdiri berpidato dapat dianggap sebagai melakukan sebuah
percakapan panjang dengan audiens anda. Tanpa bersikap wajar, normal dan apa
adanya maka anda menciptakan penghalang antara anda dengan audiens anda.

Contoh Lee Iacocca berikut ini menarik disimak. Beberapa tahun lalu Chairman
Chrysler Lee Iacocca pergi ke Washington untuk menyelamatkan Chrysler dari
kebangkrutan. Yang dibutuhkan oleh Iacocca adalah sejumlah pinjaman dari
Kongres. Dalam ruang komite Senat ia ditemani oleh sederet pengacara dan
sebuah bahan pidato setebal tiga inchi yang telah dipersiapkan dengan baik.

Para pengacara mengerumuni Iacocca, tetapi ia mengesampingkan mereka serta
teks tebal tadi. Ia duduk menghadapi para senator dan mengatakan:
"Bapak-bapak, situasinya sangat sederhana. Saya mempunyai 100.000 pekerja
yang minggu depan bisa kehilangan pekerjaan mereka di Michigan. Nah, anda
bisa menandatangani cek untuk mereka yang kami sebut dengan sumbangan hari
tua. Para pekerja itu bisa hidup dari sumbangan amal masyarakat. Para
pembayar pajak - yang memilih anda bisa membayarnya...

(Lee berhenti sejenak. Bisa dipastikan ia telah berhasil memaku perhatian
mereka.)

...Atau, anda bisa menandatangani cek untuk saya. Saya akan mempekerjakan
orang-orang ini. Kami akan membangun mobil-mobil terbaik di Amerika, dan
kami akan mewujudkannya dalam waktu hanya tiga tahun. Kemudian saya sendiri
akan mengembalikan uang itu - beserta bunganya. Dan anda bisa membawanya ke
bank!"

Pertemuan yang dijadwalkan selama setengah hari ternyata usai hanya dalam 20
menit. Dan para senator itu melemparkan uang itu begitu saja.

Memang terasa ada paradoks, bahwa bila anda pengusaha seyogyanya anda tidak
bebricara seperti pengusaha. Pengacara tidak berbicara seperti pengacara.
Konsultan semestinya tidak bebricara seperti konsltan. Mengapa? Karena tidak
ada yang lebih mengganggu pekerjaan daripada bahasa yang tidak
konversasional. Bila kita berusaha mengasah kemampuan komunikasi kita, maka
alat yang paling ampuh adalah menjadi diri kita sendiri. Dan, kita hanya
menjadi diri kita sendiri saat kita bebricara pada orang lain secara wajar,
secara konversasional.

Menggunakan Teks

Berbicara dari teks yang telah dipersiapkan kadang-kadang merupakan ide
bagu, juga tidak bagus. Tetapi jika anda harus menggunakan teks, akan cukup
masuk akal bila kata-kata dalam teks anda itu konversasional, mudah dibaca,
dan mudah diungkapkan.

Mungkin kebanyakan orang tidak memahami perbedaan antara menulis untuk
telinga dengan menulis untuk mata. Memang semestinya tidak ada. Tetapi
banyak orang menuliskan pidato mereka. Karena itu tulislah pidato anda
sebagaimana anda berbicara. Beberapa tips disarankan sebagai berikut:

1--Usahakan kalimat anda pendek. Bila anda memiliki kalimat dengan banyak
anak kalimat, pecahlah kalimat itu menjadi beberapa kalimat pendek yang
lebih mudah dicerna. Atau berikan tanda, misal ... di tempat-tempat
strategis.

2--Gunakan kalimat aktif. Jika mungkin hindari kalimat pasif. Kalimat pasif
adalah kalimat birokrat. Kalimat pasif mencoret pelaku dari tindakannya.
Sedangkan kalimat aktif mengembalikan pelaku ke dalam tindakan.

3--Pakailah kata-kata pendek yang konversasional. Jangan gunakan bahasa kuno
yang sudah menghilang dari peredaran umum.

4--Hindari kata-kata "canggih". Banyak pidato dipenuhi dengan
istilah-istilah canggih yang tak sepenuhnya dimengerti oleh pendengar.
Memang boleh saja anda bebricara dengan istilah yang mutakhir, tetapi anda
akan dianggap sebagai pembicara yang bisa dipercaya bila sanggup melepaskan
istilah-istilah mutakhir yang rumit itu dalam pidato anda.

5--Usahakan spesifik. Jangan mengandalkan kata ganti tak tentu, seperti
"dia", "mereka", "itu", nya", "sesuatu", dan lain sebagainya. Anda bisa
mengulang-ulang dalam retorika, tetapi bukan dalam prosa.

6-Hindari generalisasi yang terlalu luas. Misal: ubahlah kalimat "sekarang
tiba saatnya bangsa ini mulai dengan serius memikirkan kembali pemanfaatan
sumber-sumber energi alternatif." dengan kalimat " sekarang tiba saatnya
bangsa ini mulai dengan serius memikirkan kembali pemanfaatan sumber-sumber
energi gelombang laut, angin, energi surya dan nuklir."

7--Hindari kata-kata yang membingungkan. Beberapa kata cenderung kabur dan
mengakbatkan kesalahpahaman. Misal: menggunakan kata kondominium akan mudah
disalahtangkapi dengan kondom, maka hindari saja.

8--Hindari bahasa "buruk merak" dalam dandanan superlatif. Yaitu bahasa yang
menyanjung diri sendiri yang seringkali keluar dari mulut para pejabat
pemerintah. Dan juga bahasa yang bombatis membesar-besarkan sesuatu.
Sadarilah bahwa diperlukan cukup satu ungkapan palsu untuk meruntuhkan
integritas seluruh ungkapan-ungkapan jujur dalam pidato anda.

9--Hindari kata kerja yang lemah, gunakan kata kerja aktif yang lebih kuat.
Misal: gantilah "sekarang kita harus mempertahankan tekad kita" menjadi
"Kita harus tetap berjuang". Misal, gantilah "tahun ini pertumbuhan kita
akan dipertahankan" menjadi "tahun ini kita akan tetap tumbuh."

10--Jangan mengobral statistik. Statistik cenderung digunakan secara
berlebihan dalam presentasi bisnis apa pun. Tetapi suatu pol menunjukkan
bahwa audiens tidak dapat mengingat lebih dari satu kata kunci. Telinga
bukanlah terowongan yang bisa anda gelontor dengan informasi.

Membaca Teks Tanpa Kelihatan Membaca

Tidak semua orang suka mendengar pidato dengan teks yang sudah disiapkan
terlebih dahulu. Namun dalam beberapa situasi anda harus berpidato sambil
membaca teks. Berpidato dengan membaca teks tanpa berkesan membaca
memerlukan trik yang sulit. Berikut ini disampaikan beberapa tips.

1--Jangan memulai membaca atau mengucapkan teks sebelum anda melihat putih
mata mereka. Kebanyakan orang berpidato memulainya dengan membaca teks,
wajah dan mata mereka tertuju pada halaman teks, kemudian mereka mendongak
mencari udara segar di tengah-tengah kalimat, kemudian tunduk lagi untuk
meneruskan bacaan mereka. Tindakan ini membosankan. Solusinya adalah jangan
memulai masing-masing kalimat dengna mata tertuju pada teks, tetapi mulailah
masing-masing kalimat dengan mata menatap langsung pada audiens. Kemudian
turunkan mata anda untuk membaca bagian tengah kalimat. Kemudian angkat
kembali mata anda untuk mengakhiri kalimat sambil memandang audiens.
Rumusnya adalah naik-turun-naik. Lakukan dengan mulus.

2--Perlambat tempo anda secara sadar, dan niscaya anda akan terdengar
konversasional. Tahanlah diri anda untuk berbicara cepat-cepat. Jangan lupa
sering berhenti pada masing-masing kalimat. Pada kalimat yang ingin anda
tegaskan, berikan jeda lebih panjang. Gunakan masa jeda untuk menatap mata
audiens (jangan menatap kepala audiens karena anda tampak seperti
mengingat-ingat sesuatu). Semakin lama anda menatap mata mereka semakin baik
presentasi anda.

3--Jaga tubuh anda senyaman mungkin agar anda mudah membaca teks. Bila anda
berdiri dekat mimbar, anda kesulitan untuk membaca teks pidato anda. Selain
itu jangan membalik kertas teks, tetapi geserlah kertas teks anda. Ini
mengesankan anda tidak membaca.

4--Selesai membaca pidato anda, jangan keburu menyelesaikannya. Namun
berhentilah sejenak untuk mempertahankan kontak mata dengan audiens. Dan
jangan sekali-kali menunjukkan kertas teks anda pada audiens. Bila mungkin
selipkan, atau tinggalkan di atas mimbar.

****************************************************************************
Stopper:

Adalah keliru membiarkan kekeliruan tetap keliru.
(W. Puspoprodjo)

Godaan hanya akan menggoda apabila yang digoda siap menerima godaan.
(W. Puspoprodjo)

TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: Bisakah Kita Bertindak Adil pada Kekuatan ?
Ditulis oleh Unknown
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke http://revansfivers.blogspot.com/2015/03/bisakah-kita-bertindak-adil-pada.html. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.

2 komentar:

rino mengatakan...

Keren gan, memotivasi..

Unknown mengatakan...

thanks, terimakasih sudah berkunjung :D

Posting Komentar

Pengikut

Template by Rizky Fatahillah Sidiq | Copyright of INSPIRASI DUNIA.